Kelabuku, Lagi

28 Januari 2020
21.15

Aku tak tahu mengapa, tapi rasanya sangat sakit dan lelah. Bolehkah aku rehat sejenak?”

Aku benci mengulang kata yang sama
Namun harus terus terulang
Terbayang
Teringat
Terlintas

Luka luka ku hampir kering padahal
Setelah aku diamkan tanpa mengubris rasa sakitnya
Dan,
Luka itu kembali perih tak tertahan
Mencekam sanubariku
Aku marah diselimuti emosi yang membumbung karna ku tabung
Aku menangis dengan deraian yang tak kusangka lebih deras dari hujan dimusin penghujan, seperti sekarang

Ceritaku
Menghantarkanku lagi pada kelabu
Yang semula berwarna abu-abu
Ya kutahu ia tak akan pernah seputih susu

Ceritaku
Kini kembali menghitam
Tak tembus cahaya, gelap gulita, dan gersang
Layaknya kedalaman laut yang suram

Dan kini
Ketakutanku semakin nyata
Aku takut kegelapan
Tapi ceritaku menghantarkan ku pada ujung yang tak bersinar
Aku menggigil disini
Dan tidak ada yang menyelimutiku
Aku sendiri

Deraian tangis tak dapat kuhentikan
Justru ia malah bersuara
Namun dengan amarah yang kian mendera

Di Selasa Akhir Bulan Januari, aku menjadi kelam
Layaknya batu bara
Ceritaku kembali kelabu

Akhir Januari nyatanya malah semakin membuat aku terpojok
Dengan rasa sakit yang tak ku mengerti dan kupahami
Kapan rasa sakitnya akan hilang?
Kapan aku bisa tersenyum tanpa celah
Dan kapan aku mampu bernapas dengan bebas

Hujan di selasa akhir bulan Januari
Nyatanya tak mampu menenangkan apapun
Aku semakin tersudut dengan deraian air mataku sendiri

Hujan di selasa akhir bulan Januari
Nyatanya tak sederas itu
Lelehan air mataku justru tak tertampung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cara Memperbaiki Nilai E Saat Kuliah Di Universitas Terbuka

Nagasaki

Fly Me To The Moon...