Rentetan Pertanyaan
“Aku ingin bernafas dengan lega. Dengan senyum mengembang tak tertahan. Dengan denyut jantung yang konstan. Dengan harapan yang terwujud. Tapi aku tahu, itu hanyalah MIMPI”
Mengapa hidup begitu memilukan untuk aku yang telah berjalan tertatih
Mengapa gaungan suara bahkan tak mampu aku bunyikan
Mengapa aku terus merasa marah untuk sesuatu hal yang terjadi diperputaran kehidupan
Seyogyanya
Seharusnya
Sewajarnya
Ada ketenangan dan kebahagian yang menyelimuti
Namun hal itu justru hanya mampu menjadi dongeng penghantar tidur yang tak menenangkan rebahku
Aku rapuh
Aku lelah
Dan aku letih
Mengapa pilihan-pilihan yang ada, justru menjadikan aku tumbal atas mereka
Mengapa hatiku justru tidak selaras dengan pikiran yang kian menjelma
Mengapa aku penuh dengan api membara lalu setelahnya menjadi payah
Mengapa
Mengapa
Mengapa
Pertanyaan-pertanyaan itu justru menjadi boomerang yang kian memekakan telinga
Aku bahagia untuk pilihan kehidupan yang ada
Namun
Aku bersedih untuk pilihan yang terdapat didalamnya
Mengapa tidak ada yang menenangkan aku?
Mengapa tidak ada yang memenangkan aku?
Selalu ada pertanyaan
Dan hal itu justru kian menumpuk tak dapat kujawab
Ia bahkan tak kutemukan jawaban pastinya
Beriringan berjalan dengan angin
Terhempas dengan kepulan debu yang berterbangan
Ia menghilang
Tapi aku tidak
Masih disini dengan rentetan pilihan kehidupan yang merobohkan jiwa renta ini
Tidak ada yang menguatkan aku untuk itu
Aku berjuang, berkorban, dan bertahan sendiri
Dari dulu hingga sekarang
Dari lemah menjadi tambah lemah
Dari kecil hingga besar
Berjuang, berkorban, dan bertahan untuk memenangkan banyak hati
Tapi hatiku justru kian terkubur dan mati
Aku malah bagai seonggok daging tanpa rasa
Kemenangan itu hanya khayalan semata
Ada banyak pengorbanan yang aku torehkan
Dengan luka luka yang menyelimuti
Aku masih ingat betul bagaimana kata-katanya menyakiti aku terlampau dalam
Menjadikan aku bersembunyi dibalik sedih
Menjadikan aku bercengkrama dengan airmata
Aku terus berusaha menjadi kuat dan berjiwa besar
Meski nyatanya aku kebalikan daripada itu
Aku berusaha dengan sekuat tenaga
Dari dulu hingga sekarang
Tapi aku tak kian memenangkan itu
Aku selalu terpuruk dalam tempurung pilihan
Yang kian memporak-porandakan ujung
Dari dulu hingga sekarang
Aku selalu merasa sendiri
Meratapi hidup dan menggali potensi
Tapi aku memiliki senyum itu untuk diriku sendiri
Jiwaku terlampau bersemangat untuk tak kian patah
Tubuhku terlampau lincah untuk melakukan sesuatu
Meski nyatanya aku tak kian dimenangkan
Meski nyatanya aku selalu bersembunyi dibalik bayang
Dan menangis didalam jiwa
Tanpa suara tanpa air mata
Nafasku kian tersendat
Tapi semangatku masih berkobar gemilang
Meski nyatanya aku tak kian dimenangkan
Komentar
Posting Komentar